Kenapa anda dianjurkan menggunakan software open source dalam membuat aplikasi ?
PENGERTIAN OPEN SOURCE
Open Source adalah sebuah sistem baru dalam mendistribusikan software
kepada pengguna dengan memberikan program dan source code nya secara
gratis! Bahkan pengguna dapat mempelajari dan melakukan modifikasi
untuk membuat software tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka. Richard
M. Stallman,pendiri Free Software Foundation -sebuah organisasi yang
mendukung Open Source,mengeluarkan sebuah lisensi software untuk Open
Source yang dinamakan GPL (GNU Public License). Lisensi inilah yang saat
ini paling banyak digunakan untuk mendistribusikan software Open
Source. Selain GPL, masih banyak lisensi software lainnya yang
dikembangkan oleh komunitas Open Source.
Berikut adalah keuntungan software Open Source:
Sisi pengguna:
* Gratis
* Pengguna dapat terlibat dalam pengembangan program karena memiliki
* source code nya
* Respon yang baik dari pemakai sehingga bug dapat ditemukan dan
Sisi developer:
* Seluruh komunitas mau dan dapat membantu untuk membuat software
* menjadi lebih baik
* Tidak ada biaya iklan dan perawatan program
* Sebagai sarana untuk memperkenalkan konsep
Linux adalah sebuah contoh yang bagus. Banyak sistem operasi yang
berusaha meniru kisah sukses Linux, tetapi Linux tetap yang paling
sukses hingga saat ini. Aspek positif dari Open Source adalah penerimaan
yang luas untuk software yang benar-benar bagus.
Selain itu keuntungan dari opensource yaitu:
• Meningkatnya reliabilitas. Oleh karena kode sumber untuk
program-program open source tersedia secara bebas maka program yang
dibuat oleh seseorang ataupun sesuatu organisasi akan mendapatkan review
dari rekan-rekannya ataupun pihak-pihak lain. Hal ini mengakibatkan
program-program open source mempunyai reliabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan program-program closed source (proprietary).
Reliabilitas yang tinggi ini tentu saja menguntungkan bagi pihak
customer karena ia dapat memperoleh program-program yang dapat
diandalkan dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
• Meningkatnya keamanan. Selain itu dengan tersedianya kode sumber maka
segala kesalahan yang terdapat dalam program, misalnya kesalahan logika
ataupun kesalahan pengkodean, dapat segera diperbaiki tanpa perlu
menunggu waktu yang lama, karena seseorang yang menemukan kesalahan
tersebut dapat saja segera memperbaikinya dan mengirimkan perbaikan
tersebut ke Internet atau bila ia tidak mampu memperbaikinya ia dapat
memberitahu pihak-pihak lain. Sebagai contoh, suatu kesalahan dalam
Linux umumnya segera diperbaiki dalam kurun waktu kurang dari satu hari,
bahkan dalam beberapa jam sejak dikeluarkan. Namun demikian, software
yang didistribusikan secara open source tidak menjamin bahwa software
tersebut aman.
• Selain itu dengan tersedianya kode sumber maka customer akan merasa
lebih nyaman, lebih yakin karena ia tidak membeli kucing dalam karung.
Bagaimanakah perasaan Anda bila mobil yang Anda beli tidak dapat dilihat
mesinnya ataupun bagian-bagian dalam lainnya ?
Berikut ini adalah beberapa alasan orang membuat software open source :
• Kebutuhan. Software-software open source biasanya dikembangkan karena
kebutuhan si pembuatnya. Dalam papernya yang berjudul “The Cathedral and
the Bazaar” [Eri00], Eric S. Raymond, menjelaskan secara rinci
bagaimana ia mengembangkan software fetchmail, yang disebabkan oleh
tiadanya software yang sesuai dengan kebutuhannya. Pengembangan
fetchmail juga dimaksudkan untuk menguji beberapa buah teori dalam
rekayasa perangkat lunak yang didasarkan pada pengamatannya terhadap
Linux.
• Kepuasan. Banyak programer mengembangkan software karena mereka
mencintainya dan hal tersebut merupakan pengungkapan intelektualitas
mereka. Tanpa melakukan pengkodean, programer merasa dirinya tidak
lengkap sebagai manusia.
• Popularitas. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa beberapa orang membuat
software open source demi popularitas. Dengan makin banyaknya software
yang ditulisnya maka seseorang akan merasa lebih dihargai oleh
sejawatnya.
• Uang. Dengan menulis software-software open source maka seseorang
dapat meningkatkan nilai dirinya bila nanti direkrut oleh
perusahaan-perusahaan. Selain itu, bila software yang dikembangkannya
banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan, pembuat software tersebut
dapat saja mendirikan sebuah perusahaan untuk memberikan pelayanan bagi
perusahaan. Contoh hal ini adalah Eric Allman yang mendirikan perusahaan
Sendmail Inc. untuk memberikan pelayanan tambahan bagi mereka yang
menggunakan Sendmail.
Permasalahan Open Source
Pengembangan software berbasiskan open source selain memberikan beberapa
buah keuntungan sebagaimana yang telah disebutkan di bagian terdahulu
artikel juga memiliki beberapa permasalahan sebagai berikut :
• Dengan banyaknya orang yang terlibat dalam pembuatan proyek software
tidak menjamin bahwa proyek akan selesai dengan lebih cepat. Ada
kemungkinan proyek bahkan tidak dapat terlaksana. Hal ini disebabkan
dengan semakin banyaknya orang maka perbedaan akan sering terjadi, oleh
karena itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu bekerja sama dengan
rekan-rekannya yang lain untuk membuat suatu arahan yang jelas tentang
proyek.
• Menurut Alan Cox dalam papernya “Cathedrals, Bazaars and the Town
Council” [Ala98], permasalahan akan muncul ketika tibanya banyak orang
yang tidak paham dan mereka mulai mengemukakan opininya, bukan
memberikan kodenya. Mereka berdebat tentang hal-hal yang tidak berguna.
Hal ini tentu saja akan sangat merugikan karena perdebatan tersebut
tidak akan menghasilkan apa-apa.
• Konflik di antara para pengembang. Terkadang dalam model open source
sebagaimana juga terjadi dalam model pengembangan ilmiah, terjadi
konflik antara para pengembang. Hal ini dapat terjadi bila satu atau
beberapa pengembang merasa tidak puas dengan pengembang lainnya, baik
dalam hal pencapaian ataupun masalah-masalah teknis dalam proyek yang
sedang mereka kerjakan. Bilamana hal ini telah terjadi dapat
mengakibatkan tertundanya proyek yang sedang mereka kerjakan, bahkan
tidak tertutup kemungkinan proyek tersebut menjadi gagal.
• Pemilihan software. Umumnya software-software yang dikembangkan
disebabkan karena menarik minat pengembang baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan adanya kecendrungan model open source yang
dimulai oleh seorang individu maka pengembangannya akan lebih bersifat
developer oriented, yang berarti software yang lebih kompleks, namun
belum tentu lebih bermanfaat. Pengembang akan membuat software-software
yang terlihat menyenangkan, seperti membuat themes untuk GNOME, KDE
maupun editor, dibandingkan dengan membuat aplikasi-aplikasi yang
dianggap membosankan seperti Office Suites. Tanpa adanya insentif lain
maka akan banyak proyek mati karena pengembang awal telah kehilangan
minat dan tidak ada yang meneruskan.
• Fragmentasi. Dengan tersedianya kode sumber untuk setiap aplikasi,
maka seseorang dapat saja merubah sebagian kode sumber asli dan
mengeluarkan aplikasi yang sama dengan nama baru atau mengeluarkan
aplikasi sama dengan versi baru.
• Ketergantungan pada satu orang pemimpin. Proyek-proyek open source
biasanya dimulai oleh satu atau beberapa orang, sehingga ketergantungan
menjadi sangat tinggi. Dengan berlalunya waktu, para pemimpin tersebut
mungkin menjadi bosan, burn-out, dipekerjakan oleh organisasi lain.
Akibatnya proyek-proyek yang mereka tangani dapat menjadi tertunda atau
bahkan mungkin hilang.
• Penjiplakan. Dengan tersedianya kode sumber bagi setiap software,
tidak tertutup kemungkinan ada pihak-pihak yang memanfaatkan hal
tersebut demi kepentingan dirinya, misalnya saja seorang mahasiswa ilmu
komputer mendapat tugas untuk membuat suatu program, ia kemudian
mencarinya di Internet dan mendapatkan versi open sourcenya. Lalu ia
memodifikasi sedikit program tersebut dan menyerahkan pada dosennya
untuk dinilai. Bila dosen tidak waspada maka program tersebut akan lolos
dan si mahasiswa akan mendapat nilai dengan mudah dan tidak adil bagi
mahasiswa yang membuatnya sendiri.
بِسْــمِ اللَّــهِ الرَّحْمَــنِ الرَّحِيــمِ
mudah-mudahan Bermanfaat
3.6.12
COCOMO (Constructive Cost Model) dan Jenisnya COCOMO (Constructive Cost Model)
COCOMO (Constructive Cost Model) dan Jenisnya COCOMO (Constructive Cost Model)
COCOMO adalah model konstruktif biaya dan dikembangkan di TRW / Northrop-Grumman pada tahun 2002. COCOMO didesain oleh Barry Boehm untuk memperoleh perkiraan dari jumlah orang-bulan yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produk perangkat lunak. COCOMO merupakan suatu model parametris pengestimasian yang menghitung jumlah FP dalam perencanaan serta pengembangan perangkat lunak. Satu hasil observasi yang paling penting dalam model ini adalah bahwa motivasi dari tiap orang yang terlibat ditempatkan sebagai titik berat.
COCOMO terdapat tiga macam pengimplementasian dalam evolusinya sejak dari awal kejadiannya hingga kini, yaitu:
- Basic (COCOMO I 1981)
Menghitung dari estimasi jumlah LOC (Lines of Code);
- Intermediate (COCOMO II 1999)
- Menghitung dari besarnya program dan “cost drivers” (faktor-faktor yang berpengaruh langsung kepada proyek), seperti: perangkat keras, personal, danatribut-atribut proyek lainnya;
- Mempergunakan data-data historis dari proyek-proyek yang pernah menggunakan COCOMO I, dan terdaftar pengelolaan proyeknya dalam COCOMO database.
- Advanced
Memperhitungkan semua karakteristik dari “intermediate” di atas dan “cost drivers” dari setiap fase (analisis, desain, implementasi, dsb) dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak.
Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam tiga tingkatan kelas:
1. Proyek organik, adalah proyek dengan ukuran relatif kecil, dengan anggota tim yang sudah berpengalaman, dan mampu bekerja pada permintaan yang relatif fleksibel.
2. Proyek sedang (semi-terpisah), adalah proyek yang memiliki ukuran dan tingkat kerumitan yang sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat keahlian yang berbeda.
3. Proyek terintegrasi, adalah proyek yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi yang ketat.
Pengenalan Cocomo ini diawali tahun 70-an akhir. Sang pelopor Boehm, melakukan riset dengan mengambil kasus dari 63 proyek perangkat lunak untuk membuat model matematisnya.Model dasar dari model ini adalah persamaan:
effort = C x sizeM
Dikenal sebagai Constructive Cost Model (COCOMO), model konstruksi biaya.
Dimana :
C dan M adalah koefisien konstanta ( > 1 ), targantung pada tipe proyek dan organisasi, dengan cara melihat Tabel Konstanta (sudah tersedia dari penelitian).
Ditentukan pula oleh: application experience, leadership capability, new environment and tools, requirements uncertainty, software reuse.
Persamaan dasar model COCOMO adalah:
E = ab (KLOC)b
b
D = cb (E)d
b
P = E / D
Dimana E adalah usaha dalam orang-bulan, D adalah waktu pengerjaan dalam satuan bulan, KLOC adalah estimasi jumlah baris kode dalam ribuan, dan P adalah jumlah orang yang diperlukan. Koefisien ab, bb, cb, dan db diberikan pada tabel berikut:
Penggolongan suatu proyek perangkat lunak didasarkan pada sistem aplikasi dimana perangkat lunak tersebut dikembangkan dan lingkungan pendukungnya. Penggolongan ini terbagi atas:
- Organic mode : digunakan pada proyek-proyek kecil dengan sedikit pekerja dandikembangkan pada lingkungan yang tidak memerlukan program antar-muka (interface)yang kompleks, contoh: pembuatan situs mandiri untuk perusahaan;
- Embedded mode : mode ini merupakan kombinasi antara dua mode di atas dan memilikikarekteristik gabungan antara keduanya. Proyek mode ini dikembangkan ke dalamserangkaian perangkat keras, lunak dan batasan operasional yang ketat, contoh: aplikasipengontrolan penerbangan pada pesawat terban.
Pengembangan model COCOMO adalah dengan menambahkan atribut yang dapat menentukan jumlah biaya dan tenaga dalam pengembangan perangkat lunak, yang dijabarkan dalam kategori dan subkategori sebagai berikut:
1. Atribut produk
a. Reliabilitas perangkat lunak yang diperlukan
b. Ukuran basis data aplikasi
c. Kompleksitas produk
2. Atribut perangkat keras
a. Performa program ketika dijalankan
b. Memori yang dipakai
c. Stabilitas mesin virtual
d. Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi perintah
3. Atribut Sumber Daya Manusia
a. Kemampuan analisis
b. Kemampuan ahli perangkat lunak
c. Pengalaman membuat aplikasi
d. Pengalaman menggunakan mesin virtual
e. Pengalaman dalam menggunakan bahasa pemrograman
4. Atribut proyek
a. Menggunakan perangkat lunak tambahan
b. Metode rekayasa perangkat lunak
c. Waktu yang diperlukan
Sumber :
- haryanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../COCOMO.ppt
- http://www.scribd.com/doc/49646935/COCOMO
- http://toraerdo.blogspot.com/2012/04/cocomo-constructive-cost-model-cocomo.html
COCOMO adalah model konstruktif biaya dan dikembangkan di TRW / Northrop-Grumman pada tahun 2002. COCOMO didesain oleh Barry Boehm untuk memperoleh perkiraan dari jumlah orang-bulan yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produk perangkat lunak. COCOMO merupakan suatu model parametris pengestimasian yang menghitung jumlah FP dalam perencanaan serta pengembangan perangkat lunak. Satu hasil observasi yang paling penting dalam model ini adalah bahwa motivasi dari tiap orang yang terlibat ditempatkan sebagai titik berat.
COCOMO terdapat tiga macam pengimplementasian dalam evolusinya sejak dari awal kejadiannya hingga kini, yaitu:
- Basic (COCOMO I 1981)
Menghitung dari estimasi jumlah LOC (Lines of Code);
- Intermediate (COCOMO II 1999)
- Menghitung dari besarnya program dan “cost drivers” (faktor-faktor yang berpengaruh langsung kepada proyek), seperti: perangkat keras, personal, danatribut-atribut proyek lainnya;
- Mempergunakan data-data historis dari proyek-proyek yang pernah menggunakan COCOMO I, dan terdaftar pengelolaan proyeknya dalam COCOMO database.
- Advanced
Memperhitungkan semua karakteristik dari “intermediate” di atas dan “cost drivers” dari setiap fase (analisis, desain, implementasi, dsb) dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak.
Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam tiga tingkatan kelas:
1. Proyek organik, adalah proyek dengan ukuran relatif kecil, dengan anggota tim yang sudah berpengalaman, dan mampu bekerja pada permintaan yang relatif fleksibel.
2. Proyek sedang (semi-terpisah), adalah proyek yang memiliki ukuran dan tingkat kerumitan yang sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat keahlian yang berbeda.
3. Proyek terintegrasi, adalah proyek yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi yang ketat.
Pengenalan Cocomo ini diawali tahun 70-an akhir. Sang pelopor Boehm, melakukan riset dengan mengambil kasus dari 63 proyek perangkat lunak untuk membuat model matematisnya.Model dasar dari model ini adalah persamaan:
effort = C x sizeM
Dikenal sebagai Constructive Cost Model (COCOMO), model konstruksi biaya.
Dimana :
C dan M adalah koefisien konstanta ( > 1 ), targantung pada tipe proyek dan organisasi, dengan cara melihat Tabel Konstanta (sudah tersedia dari penelitian).
Ditentukan pula oleh: application experience, leadership capability, new environment and tools, requirements uncertainty, software reuse.
Persamaan dasar model COCOMO adalah:
E = ab (KLOC)b
b
D = cb (E)d
b
P = E / D
Dimana E adalah usaha dalam orang-bulan, D adalah waktu pengerjaan dalam satuan bulan, KLOC adalah estimasi jumlah baris kode dalam ribuan, dan P adalah jumlah orang yang diperlukan. Koefisien ab, bb, cb, dan db diberikan pada tabel berikut:
Penggolongan suatu proyek perangkat lunak didasarkan pada sistem aplikasi dimana perangkat lunak tersebut dikembangkan dan lingkungan pendukungnya. Penggolongan ini terbagi atas:
- Organic mode : digunakan pada proyek-proyek kecil dengan sedikit pekerja dandikembangkan pada lingkungan yang tidak memerlukan program antar-muka (interface)yang kompleks, contoh: pembuatan situs mandiri untuk perusahaan;
- Embedded mode : mode ini merupakan kombinasi antara dua mode di atas dan memilikikarekteristik gabungan antara keduanya. Proyek mode ini dikembangkan ke dalamserangkaian perangkat keras, lunak dan batasan operasional yang ketat, contoh: aplikasipengontrolan penerbangan pada pesawat terban.
Pengembangan model COCOMO adalah dengan menambahkan atribut yang dapat menentukan jumlah biaya dan tenaga dalam pengembangan perangkat lunak, yang dijabarkan dalam kategori dan subkategori sebagai berikut:
1. Atribut produk
a. Reliabilitas perangkat lunak yang diperlukan
b. Ukuran basis data aplikasi
c. Kompleksitas produk
2. Atribut perangkat keras
a. Performa program ketika dijalankan
b. Memori yang dipakai
c. Stabilitas mesin virtual
d. Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi perintah
3. Atribut Sumber Daya Manusia
a. Kemampuan analisis
b. Kemampuan ahli perangkat lunak
c. Pengalaman membuat aplikasi
d. Pengalaman menggunakan mesin virtual
e. Pengalaman dalam menggunakan bahasa pemrograman
4. Atribut proyek
a. Menggunakan perangkat lunak tambahan
b. Metode rekayasa perangkat lunak
c. Waktu yang diperlukan
Sumber :
- haryanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../COCOMO.ppt
- http://www.scribd.com/doc/49646935/COCOMO
- http://toraerdo.blogspot.com/2012/04/cocomo-constructive-cost-model-cocomo.html
Langganan:
Postingan (Atom)